Monthly Archives: September 2010

Kisah Eksekutif & Harga Diri

Kisah eksekutif & harga diri

Oleh: Arvan Pradiansyah

Seorang eksekutif di sebuah perusahaan multinasional mendapat umpan balik yang cukup keras dari atasannya. Dia diminta untuk mengundurkan diri dari perusahaan karena program 100 harinya dinilai gagal.Umpan balik keras si atasan ini sesungguhnya bukanlah baru kali ini terjadi. Si atasan sudah berkali-kali menyampaikan keluhannya. Bahkan secara khusus dia mengundang si eksekutif ke kantornya di Hong Kong untuk mendiskusikan segala sesuatunya.

Namun, berbagai pembicaraan tersebut tampaknya tidak berbekas terhadap si eksekutif. Sekembalinya ke Jakarta dia kembali dengan agenda lamanya. Inilah yang membuat atasannya marah besar dan berbuntut pada pemecatannya.

Pembaca yang budiman, kalau Anda yang berada di posisi si eksekutif ini, apa yang akan Anda lakukan? Saya membayangkan Anda akan meminta tambahan waktu beberapa bulan untuk membuktikan kemampuan Anda. Namun, apa yang dilakukan si eksekutif ini sungguh mencengangkan saya.

Benar, dia meminta waktu tambahan 3 bulan pada atasannya. Tapi dia berterus terang bahwa waktu tambahan itu bukanlah akan dia gunakan untuk memperbaiki kinerjanya. Waktu 3 bulan tersebut akan digunakannya untuk mencari pekerjaan lain.

Nah, sekarang tempatkan diri Anda sebagai atasan si eksekutif. Apakah Anda bersedia ‘menampung’ eksekutif ini sampai 3 bulan lagi di perusahaan Anda sambil dia mencari pekerjaan di tempat lain? Sudah pasti tidak bukan?

Coba Anda pikirkan baik-baik, buat apa kita mempekerjakan orang yang tidak ingin memperbaiki kinerjanya tetapi hanya ingin ‘berteduh’ di dalam perusahaan? Buat apa kita mempekerjakan orang yang pikiran dan hatinya sudah berada di luar perusahaan?

Apa yang dikatakan oleh si eksekutif ini sesungguhnya menggambarkan bagaimana paradigmanya dalam bekerja. Inilah yang saya sebut sebagai ‘Bekerja untuk Mencari Uang’, atau bahkan, ‘Bekerja untuk Mencari Makan.’ Bahkan demi ‘Mencari Makan’ tersebut eksekutif ini rela menggadaikan harga dirinya.

Bagaimana mungkin seorang eksekutif se-level General Manager ini meminta diberi waktu 3 bulan lagi sekadar untuk mendapatkan ‘tempat berteduh’. Dia seakan-akan lupa bahwa perusahaan bukanlah lembaga sosial.

Saya kira ada beberapa kesalahan paradigma yang dialami oleh eksekutif ini. Kesalahan pertama adalah beranggapan bahwa tujuan bekerja itu adalah mencari uang, bukannya melayani orang lain. Itulah yang membuat si eksekutif ini senantiasa memikirkan uang sehingga lupa melayani pelanggan utamanya yaitu si atasan.

Ini terbukti dari ‘kekerasan hati’ si eksekutif untuk tetap menjalankan programnya sendiri dan memilih untuk tidak mengindahkan permintaan atasannya untuk melakukan hal lain yang dianggap lebih penting. Padahal, bukankah tidak ada yang lebih penting dalam pekerjaan selain melayani permintaan pelanggan kita?

Kesalahan paradigma bekerja tersebut berimbas pada kesalahan kedua. Si eksekutif menjadi orang yang tidak sensitif dan tidak peka pada permintaan pelanggan. Dia sering menganggap sepi umpan balik dari atasannya, padahal si atasan termasuk orang yang terbuka dalam menyampaikan segala sesuatu dan tidak pernah menyembunyikan perasaannya.

Orang yang peka terhadap kebutuhan pelanggan senantiasa memperhatikan sinyal-sinyal yang diberikan pelanggan. Dalam konteks cerita di atas, si atasan sesungguhnya sudah menunjukkan sinyal-sinyal ketidakpuasan dengan berbagai macam cara.

Sebut saja mulai dari menampakkan raut wajah yang kurang puas ketika bertemu, memberikan sindiran, serta memberikan pandangan dan berbagi cerita mengenai perilaku-perilaku yang buruk dalam bekerja yang sebenarnya ditujukan untuk menyadarkan si eksekutif. Namun sayangnya, eksekutif tersebut sama sekali tidak merasa bahwa hal tersebut ditujukan kepada dirinya.

Inilah yang saya sebut sebagai tidak sensitif. Orang yang sensitif adalah orang yang bisa memahami pelanggan ketika pelanggan tersebut ‘berbisik’. Orang yang cukup mengerti akan “bisikan” tidak perlu ‘diteriaki’.

Hanya orang-orang yang pekak sajalah yang membutuhkan teriakan untuk menyadarkan-nya. Bahkan dalam kasus eksekutif ini, si atasan yang berkantor di Hong Kong sesung-guhnya sudah menyampaikan semua keluh kesahnya secara sangat terbuka dan ekskresif.

Namun, si eksekutif tak menggubris hal itu. Dia baru sadar ketika atasannya sudah memberhentikannya. Bukankah ini kesadaran yang datang amat terlambat?

Kesalahan ketiga, adalah kurangnya harga diri si eksekutif. Ini sesungguhnya juga hasil dari cara berpikir yang salah. Eksekutif ini berpikir bahwa dia bekerja untuk mendapatkan sesuatu bukan untuk memberikan sesuatu.

Pentingnya harga diri

Karena itu dia berusaha untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya termasuk ketika perusahaan sudah tidak menghendakinya lagi. Orang yang seperti ini menurut saya adalah orang yang tidak memiliki harga diri.

Orang yang memiliki harga diri yang tinggi pasti akan memahami bahwa nilainya sebagai seorang profesional sesungguhnya ditentukan oleh manfaat yang dia berikan kepada perusahaan.

Orang yang seperti ini pasti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi perusahaan dan membuat pelanggannya merasa diuntungkan dengan kehadirannya.

Orang yang memiliki harga diri yakin bahwa hanya dengan mementingkan orang lain sajalah dia bisa menjadi orang penting. Karena, bukankah orang yang penting sesungguhnya adalah orang yang penting bagi orang lain? Karena itu orang yang seperti ini senantiasa memberi sebanyak-banyaknya melebihi apa yang dia terima dari perusahaan.

Orang yang suka mendapatkan lebih banyak dari apa yang dia berikan sesungguhnya adalah orang yang tidak memiliki harga diri. Dia tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi beban bagi perusahaan.

Dia tidak sadar bahwa para stakeholder sudah mengeluh bahkan menjerit membicarakan perilakunya, dan dia masih bisa tenang-tenang saja dalam kondisi yang segenting itu. Ini menunjukkan harga diri yang sangat rendah.

Seorang eksekutif yang memiliki harga diri yang tinggi biasanya memilih mengundurkan diri dari perusahaan ketika dia gagal menjalankan program-programnya. Minimal dia akan berjanji semaksimal mungkin untuk menunjukkan kinerjanya.

Namun, inilah yang sering terjadi di negara kita ini. Bukankah pejabat yang gagal sekalipun tidak pernah mau mundur? Bahkan bukankah ketika semua orang sudah memintanya mundur, pejabat yang bersangkutan masih saja berusaha mempertahankan posisinya dengan berbagai macam cara?

Inilah bedanya kita dengan orang-orang di negara lain, di Jepang, misalnya. Di Negeri Matahari Terbit ini harga diri adalah sesuatu yang teramat penting. Lihatlah kasus Direktur Bursa Efek Jepang yang memilih hara-kiri demi harga diri.

Lihatlah berbagai pejabat yang mengun-durkan diri karena tidak becus mengelola pekerjaannya. Bahkan Perdana Menteri Jepang, Yukio Hatoyama, belum lama ini melepaskan jabatannya ‘hanya’ karena dia gagal menangani relokasi pangkalan udara marinir di Futenma.

Mungkin ini sudah budaya kita. Bagaimana menurut Anda?

Categories: Motivasi | Tinggalkan komentar

Perusahaan Lokal Yang Mendunia

Perusahaan lokal yang mendunia

Oleh: Goenawan Loekito

Ini adalah suatu fenomena yang sangat baik, yang patut dicontoh oleh rekan-rekan pelaku bisnis yaitu bagaimana kiat sebagai perusahaan lokal yang bisa mendunia atau sering dikatakan sebagai \’Think big, act locally and go global\’. Bahkan contoh fenomenal ini sebut saja, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sudah merupakan 12 perusahaan besar kelas dunia di bidang pulp & paper, dan sedang menuju ke Top 10 bahkan Top 5 secara global.Walaupun banyak orang mencibir, begitu mendengar nama suatu perusahaan yang asalnya dari negeri kita tercinta, Indonesia. Dengan nada sedikit tidak percaya, biasanya rekan-rekan kelas dunia lainnya mengatakan apakah benar-benar dari Indonesia? Ya tantangan inilah yang kita harus hadapi & buktikan, bahwa dengan moto yang sering kita dengar “Bersama kita bisa\’ atau sering kita dengar dalam istilah asing \’Together We Can\’.

Sekalipun demikian, apapun kata orang, kami sebagai pemerhati bisnis & teknologi, dengan bangga dan besar hati, kita katakan “Yes, we can” artinya “Ya, Indonesia bisa,” yaitu bisa membuktikan bahwa banyak perusahaan-perusahaan Indonesia yang telah melakukan lompatan besar seperti gambaran dari PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk ini, walaupun banyak dari mereka yang mengatakan bahwa kami bukan perusahaan Indonesia, padahal mereka adalah perusahaan murni 100% Indonesia.

Memang tidak bisa dipungkiri, kalau mereka mengaku Indonesia, banyak pembeli yang tadinya sudah melakukan transaksi atau sudah order, mengundurkan diri karena banyak alasan baik yang dicari-cari ataupun dilakukan dengan sengaja.

Lain halnya dengan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Inilah yang perlu kita contoh dan cermati, langkah-langkah positif apa yang sudah diambil, sehingga perusahaan ini mampu berdiri sama tegak, duduk sama rendah dengan perusahaan-perusahaan sejenis lain di dunia ini, baik dari benua Eropa maupun Amerika.

Ada beberapa poin yang pemerhati lakukan catatan, antara lain :

  • Perusahaan sangat fokus pada bidangnya, dalam hal ini pulp & paper atau dalam bahasa kita, dikatakan fokus pada kertas dan bubur kertas.
  • Perusahaan ini sangat mementingkan sustainability, artinya kelangsungan hidup perusahaannya baik dari awal sampai dengan hasil akhirnya yang siap dipasarkan & mampu bersaing di pasar global, baik dari segi kualitas maupun dari kuantitas, walaupun banyak yang mencibirkan bibirnya bahwa itu dari Indonesia.
  • Perusahaan ini sangat jeli dalam melihat pasar dan peluang pasar serta fokus pada bagaimana memberikan value yang terbaik, baik dari segi kualitas maupun waktu, yaitu antara lain dengan menyiapkan tanaman siap panen dengan umur yang lebih singkat
  • Perusahaan sangat yakin, bahwa kalau kita akan bermain dengan kelas dunia, maka harus menerapkan sistem sampai dengan compliance system agar masuk ke kelas dunia termasuk penyelenggarakan tertib administrasi dan transparansi dengan menggunakan sistem teknologi informasi yang baik dan bisa di-trace-back artinya sistem TI yang auditable.
  • Perusahaan melakukan jaringan pemasaran yang menjangkau sentra-sentra dunia, khususnya di mana pembeli pulp & paper berada di sana.Komitmen manajemen

    Tidak kalah menariknya, bahwa semua itu karena komitmen dari CEO PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk agar senantiasa berkembang & sustain menuju kelas satu dunia

    Dan masih banyak hal positif lainnya yang dilakukan oleh perusahaan, walaupun masih banyak mengahadapi hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah internal maupun eksternal

    Di bawah kepemimpinan Bapak Indra Widjaja sebagai Komisaris Utama bersama dengan beberapa komisaris-komisaris independen dan Bapak Teguh Ganda Wijaya sebagai Presiden Direktur beserta direksi-direksi lainnya serta didukung oleh Direktur yang khusus menangani kehumasan yaitu Bapak Yan PartaWidjaja. Dan tidak kalah menariknya, walaupun bukan dijajaran direksi tetapi namanya cukup mencuat ke permukaan yaitu pimpinan dari Divisi Teknologi Informasi, Bapak Anton Mailoa yang sangat gencar melakukan penstabilan sistem TI guna menunjang bagi perusahaan sekelas dunia.

    Bisa dibayangkan, masih banyak poin lainnya, dengan komitmen penuh dari keluarga WIDJAJA inilah, PT Indah Kiat Pulp & paper telah memcatatkan perusahaannya di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia.

    Sebagai pemerhati bisnis, kami sangat bangga apabila Indonesia mempunyai banyak perusahaan sekelas Indah Kiat ini untuk menuju pasar global, baik dengan skala kecil, skala menengah sampai skala besar bahkan skala raksasa dari Indonesia.

    Sebagai praktisi, kami sangat yakin bahwa Indonesia bisa dan pasti bisa. Kembali pada realita akhir-akhir ini, bukan perusahaan besar yang akan survive, melainkan perusahaan yang mampu melakukan dan beradaptasi dengan perubahan dunia khususnya dunia bisnis dengan situasi dunia saat ini, bahwa “The world is flat.”

    Ingat suatu kiasan berikut ini bagi kita semua yang sering sudah kita dengar, kiranya menggugah kita semua sebagai pelaku bisnis di Indonesia untuk bangkit dan maju sesuai dengan 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia (1908-2008).

  • Categories: Manajemen | Tinggalkan komentar

    Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.