Daily Archives: 18 Oktober 2010

Bawor

 

Bawor

Bawor

 

A. Pendahuluan Bawor adalah nama tokoh panakawan tokoh-tokoh ksatria dalam cerita yang disajikan melalui pertunjukan wayang kulit purwa gagrag Banyumas. Di dalam keluarganya, ia digambarkan sebagai anak tertua dari Kyai Lurah Semar dengan dua orang adik bernama Nala Gareng dan Petruk. Istilah panakawan yang disandang oleh Bawor—bersama Semar, Gareng dan Petruk—berasal dari kata “pana” yang berarti mengetahui dengan jelas dan “kawan” yang berarti teman atau sahabat. Panakawan diartikan sebagai seorang sahabat yang mengetahui dengan jelas tentang kelebihan dan kelemahan orang yang diikutinya. Di dalam epos Ramayana, keempat panakawan ini mengabdi kepada Ramawijaya, seorang raja dari negeri Pancawati. Pada cerita Arjuna Sasrabahu, mereka mengabdi kepada Raden Sumantri. Sedangkan pada epos Mahabharata mereka mengabdi kepada Raden Harjuna. Keempat tokoh ini digambarkan sebagai lurah yang mengabdi kepada darah ksatria yang dalam hidupnya memiliki dharma membasmi watak angkara murka dari muka bumi. Dalam pelaksanaan pemerintahan di Kabupaten Banyumas, tokoh Bawor dijadikan sebagai maskot. Bagi sebagian warga masyarakat Banyumas, dijadikannya tokoh Bawor sebagai maskot disebabkan tokoh ini dianggap sebagai tokoh wayang khas gagrag Banyumas yang merupakan penggambaran masyarakat Banyumas yang hidup dalam alur budaya tradisional-kerakyatan yang berada di luar kehidupan budaya negarigung yang berkembang di lingkungan pusat-pusat kerajaan Jawa di masa lalu. Suka atau tidak suka, tokoh memang dalam pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas sangat mewakili komunitas wong cilik di Banyumas yang merelakan dirinya bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, lugu, glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya), jujur, nrima ing pandum, cablaka (transparency). Profil tokoh Bawor yang demikian memang dapat menjadi gambaran watak khas masyarakat pedesaan di Banyumas. Sisi positif tokoh ini adalah sifat dasar yang jujur, nrima ing pandum dan cablaka. Di sisi lain terdapat sisi negatif tokoh ini yaitu merelakan diri bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, lugu dan glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya). Persoalan alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, dapat dinilai positif maupun negatif, tergantung pada konteks permasalahannya. B. Nama Nama “bawor” memiliki akar kata “wor” yang berarti “campur”. Biasanya tokoh Bawor dilengkapi menjadi “carub bawor”. Kata “carub” dan “bawor” memiliki makna yang sama, yaitu “campur”. Apabila kedua kata ini dimaknai sebagai jarwo dhosok maka dapat diartikan bercampur menjadi satu-kesatuan yang tidak terpisahkan. Makna kata “bawor” atau “carub bawor” yang demikian dalam konteks pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas menunjukkan terjadinya asimilasi budaya yang sangat kental antara berbagai gaya dalam pertumbuhan seni wayang kulit purwa di Banyumas yang meliputi gaya Surakarta, Yogyakarta (Mataraman), Kedu, Pasisiran, Sunda, Lor Gunung dan Kidul Gunung. Hal ini menunjukkan pakeliran wayang kulit purwa gagrag Banyumas merupakan perpaduan dari berbagai gaya yang kemudian dituangkan kembali dalam bentuk yang berbeda yang dijiwai oleh latar belakang budaya Banyumasan yang bersumber dari pola kehidupan masyarakat petani. Dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, Banyumas juga merupakan lokus budaya tersendiri yang dapat dibedakan dari budaya induknya; budaya Jawa. Kebudayaan Banyumas merupakan percampuran yang sangat kental antara budaya Jawa dan Sunda yang sangat dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan Hindu-Budha, Islam dan budaya Barat. Dalam wacana cultural encounter, berbagai kutub budaya tersebut telah saling bertemu di wilayah Banyumas yang merupakan daerah marginal survival. Oleh karena itu budaya Banyumas hadir dalam nuansa kerakyatan yang memiliki warna-warna tertentu di dalamnya seperti warna Jawa, Sunda, Hindu-Budha, Islam dan Barat. C. Tekstur Tubuh Tekstur tubuh tokoh Bawor adalah berbadan tambun, bermata besar (melotot), bermulut lebar dan berjudat nonong. Tekstur tubuh yang demikian merupakan penggambaran warga masyarakat pedesaan yang bertampang jelek, namun umumnya lugu dan jujur. Dalam dunia pakeliran wayang purwa, tekstur tubuh yang dimiliki oleh Bawor adalah untuk membedakannya dengan tokoh bendara yang digambarkan sebagai priyayi yang berpendidikan, berpengalaman, kaya dan ningrat. Dengan tekstur tubuh seperti ini maka penonton wayang dengan mudah membedakan mana tokoh bendara dan mana tokoh kawula. Dalam konteks perkembangan kebudayaan, tekstur tubuh tokoh Bawor memberikan makna bahwa seorang kawula atau batur seolah-olah memang dilahirkan dengan tampang jelek yang tidak mungkin lebih cakap dibanding dengan bendara atau tuannya. Keadaan fisik yang demikian selanjutnya akan mempengaruhi pola perilaku, sikap dan tindakan serta pola pikir dalam kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas sosial di lingkungannya. D. Asal-usul Asal-usul tokoh Bawor tidak jelas. Hal ini disebabkan tokoh ini merupakan tokoh rekaan yang bersifat lokalitas Banyumas. Tokoh ini dalam pakeliran wayang kulit gaya Surakarta-Yogyakarta dinamai Bagong (anak bungsu Kyai Lurah Semar), sedangkan di Sunda disebut Cepot atau Kacepot. Sama halnya dengan di Banyumas, baik di Surakarta, Yogyakarta maupun di Sunda, tokoh ini juga tidak jelas asal-usulnya. Menurut cerita gotek (dari mulut ke mulut), tokoh Bawor hadir di dunia bukan dilahirkan melainkan diciptakan. Ketika Sanghyang Ismaya turun ke dunia dengan menjelma menjadi Semar, dunia masih awang-uwung, belum ada satupun makhluk hidup di dalamnya. Oleh karena itu kemudian Sanghyang Wenang menciptakan bayangan Semar menjadi sesosok manusia dengan postur tubuh yang relatif sama. Sosok manusia itu kemudian diberi nama Bawor yang bertugas menemani Semar. Atas dasar dari kejadian itu, kemudian Bawor diakui sebagai anak tertua dari tokoh Semar. Anak kedua dan ketiga adalah Nala Gareng dan Petruk. E. Watak Watak dasar tokoh Bawor pada dasarnya adalah lugu dan jujur. Namun demikian, sebenarnya keluguan dan kejujuran Bawor disebabkan oleh–jika dibandingkan dengan kaum bendara–tingkat pengetahuannya yang rendah. Ini terbukti dalam pergelaran wayang kulit gagrag Banyumas sering digambarkan akal-akalan yang dilakukan oleh Bawor ketika tokoh ini memiliki pengetahuan tertentu yang belum dimiliki oleh sesama panakawan atau bahkan bendara-nya. Tingkat pengetahuan yang rendah ini tidak identik dengan tingkat IQ maupun EQ yang rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan tokoh Bawor lebih diakibatkan oleh karena tokoh ini lebih mewakili wong cilik yang dalam kehidupannya tidak mendapat pengalaman pengetahuan cukup dibanding dengan para priyayi di kota-kota kerajaan. Tingkat pengetahuan yang rendah ini pula yang menyebabkan tokoh Bawor memiliki kebiasaan glogok soar dalam kehidupannya. Apa yang diketahuinya, biasanya akan dikabarkan kepada orang lain tanpa memperhitungkan untung-ruginya. Kebiasaan demikian sering kali telah menimbulkan efek yang tidak menguntungkan baik bagi dirinya maupun orang lain. Namun demikian, dengan keluguan, kesederhanaan dan kejujuran yang dimilikinya, Bawor selalu dapat dipercaya oleh saudara-saudaranya mupun para bendara-nya. F. Spirit Tokoh Bawor adalah gambaran masyarakat pedesaan di Banyumas dengan sifat dasar yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang miskin harta dan miskin informasi. Spirit Bawor adalah spirit jujur, lugu, nrima ing pandum dan cablaka. Namun demikian, spirit Bawor adalah spirit tampang jelek, dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan kehidupan kekinian, dan glogok soar. A. Pendahuluan Bawor adalah nama tokoh panakawan tokoh-tokoh ksatria dalam cerita yang disajikan melalui pertunjukan wayang kulit purwa gagrag Banyumas. Di dalam keluarganya, ia digambarkan sebagai anak tertua dari Kyai Lurah Semar dengan dua orang adik bernama Nala Gareng dan Petruk. Istilah panakawan yang disandang oleh Bawor—bersama Semar, Gareng dan Petruk—berasal dari kata “pana” yang berarti mengetahui dengan jelas dan “kawan” yang berarti teman atau sahabat. Panakawan diartikan sebagai seorang sahabat yang mengetahui dengan jelas tentang kelebihan dan kelemahan orang yang diikutinya. Di dalam epos Ramayana, keempat panakawan ini mengabdi kepada Ramawijaya, seorang raja dari negeri Pancawati. Pada cerita Arjuna Sasrabahu, mereka mengabdi kepada Raden Sumantri. Sedangkan pada epos Mahabharata mereka mengabdi kepada Raden Harjuna. Keempat tokoh ini digambarkan sebagai lurah yang mengabdi kepada darah ksatria yang dalam hidupnya memiliki dharma membasmi watak angkara murka dari muka bumi. Dalam pelaksanaan pemerintahan di Kabupaten Banyumas, tokoh Bawor dijadikan sebagai maskot. Bagi sebagian warga masyarakat Banyumas, dijadikannya tokoh Bawor sebagai maskot disebabkan tokoh ini dianggap sebagai tokoh wayang khas gagrag Banyumas yang merupakan penggambaran masyarakat Banyumas yang hidup dalam alur budaya tradisional-kerakyatan yang berada di luar kehidupan budaya negarigung yang berkembang di lingkungan pusat-pusat kerajaan Jawa di masa lalu. Suka atau tidak suka, tokoh memang dalam pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas sangat mewakili komunitas wong cilik di Banyumas yang merelakan dirinya bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, lugu, glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya), jujur, nrima ing pandum, cablaka (transparency). Profil tokoh Bawor yang demikian memang dapat menjadi gambaran watak khas masyarakat pedesaan di Banyumas. Sisi positif tokoh ini adalah sifat dasar yang jujur, nrima ing pandum dan cablaka. Di sisi lain terdapat sisi negatif tokoh ini yaitu merelakan diri bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, lugu dan glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya). Persoalan alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, dapat dinilai positif maupun negatif, tergantung pada konteks permasalahannya. B. Nama Nama “bawor” memiliki akar kata “wor” yang berarti “campur”. Biasanya tokoh Bawor dilengkapi menjadi “carub bawor”. Kata “carub” dan “bawor” memiliki makna yang sama, yaitu “campur”. Apabila kedua kata ini dimaknai sebagai jarwo dhosok maka dapat diartikan bercampur menjadi satu-kesatuan yang tidak terpisahkan. Makna kata “bawor” atau “carub bawor” yang demikian dalam konteks pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas menunjukkan terjadinya asimilasi budaya yang sangat kental antara berbagai gaya dalam pertumbuhan seni wayang kulit purwa di Banyumas yang meliputi gaya Surakarta, Yogyakarta (Mataraman), Kedu, Pasisiran, Sunda, Lor Gunung dan Kidul Gunung. Hal ini menunjukkan pakeliran wayang kulit purwa gagrag Banyumas merupakan perpaduan dari berbagai gaya yang kemudian dituangkan kembali dalam bentuk yang berbeda yang dijiwai oleh latar belakang budaya Banyumasan yang bersumber dari pola kehidupan masyarakat petani. Dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, Banyumas juga merupakan lokus budaya tersendiri yang dapat dibedakan dari budaya induknya; budaya Jawa. Kebudayaan Banyumas merupakan percampuran yang sangat kental antara budaya Jawa dan Sunda yang sangat dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan Hindu-Budha, Islam dan budaya Barat. Dalam wacana cultural encounter, berbagai kutub budaya tersebut telah saling bertemu di wilayah Banyumas yang merupakan daerah marginal survival. Oleh karena itu budaya Banyumas hadir dalam nuansa kerakyatan yang memiliki warna-warna tertentu di dalamnya seperti warna Jawa, Sunda, Hindu-Budha, Islam dan Barat.D. Asal-usul Asal-usul tokoh Bawor tidak jelas. Hal ini disebabkan tokoh ini merupakan tokoh rekaan yang bersifat lokalitas Banyumas. Tokoh ini dalam pakeliran wayang kulit gaya Surakarta-Yogyakarta dinamai Bagong (anak bungsu Kyai Lurah Semar), sedangkan di Sunda disebut Cepot atau Kacepot. Sama halnya dengan di Banyumas, baik di Surakarta, Yogyakarta maupun di Sunda, tokoh ini juga tidak jelas asal-usulnya. Menurut cerita gotek (dari mulut ke mulut), tokoh Bawor hadir di dunia bukan dilahirkan melainkan diciptakan. Ketika Sanghyang Ismaya turun ke dunia dengan menjelma menjadi Semar, dunia masih awang-uwung, belum ada satupun makhluk hidup di dalamnya. Oleh karena itu kemudian Sanghyang Wenang menciptakan bayangan Semar menjadi sesosok manusia dengan postur tubuh yang relatif sama. Sosok manusia itu kemudian diberi nama Bawor yang bertugas menemani Semar. Atas dasar dari kejadian itu, kemudian Bawor diakui sebagai anak tertua dari tokoh Semar. Anak kedua dan ketiga adalah Nala Gareng dan Petruk. E. Watak Watak dasar tokoh Bawor pada dasarnya adalah lugu dan jujur. Namun demikian, sebenarnya keluguan dan kejujuran Bawor disebabkan oleh–jika dibandingkan dengan kaum bendara–tingkat pengetahuannya yang rendah. Ini terbukti dalam pergelaran wayang kulit gagrag Banyumas sering digambarkan akal-akalan yang dilakukan oleh Bawor ketika tokoh ini memiliki pengetahuan tertentu yang belum dimiliki oleh sesama panakawan atau bahkan bendara-nya. Tingkat pengetahuan yang rendah ini tidak identik dengan tingkat IQ maupun EQ yang rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan tokoh Bawor lebih diakibatkan oleh karena tokoh ini lebih mewakili wong cilik yang dalam kehidupannya tidak mendapat pengalaman pengetahuan cukup dibanding dengan para priyayi di kota-kota kerajaan. Tingkat pengetahuan yang rendah ini pula yang menyebabkan tokoh Bawor memiliki kebiasaan glogok soar dalam kehidupannya. Apa yang diketahuinya, biasanya akan dikabarkan kepada orang lain tanpa memperhitungkan untung-ruginya. Kebiasaan demikian sering kali telah menimbulkan efek yang tidak menguntungkan baik bagi dirinya maupun orang lain. Namun demikian, dengan keluguan, kesederhanaan dan kejujuran yang dimilikinya, Bawor selalu dapat dipercaya oleh saudara-saudaranya mupun para bendara-nya. F. Spirit Tokoh Bawor adalah gambaran masyarakat pedesaan di Banyumas dengan sifat dasar yang sangat dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakat yang miskin harta dan miskin informasi. Spirit Bawor adalah spirit jujur, lugu, nrima ing pandum dan cablaka. Namun demikian, spirit Bawor adalah spirit tampang jelek, dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan kehidupan kekinian, dan glogok soar. Posted by WONG BANYUMAS: at 2:37 AM C. Tekstur Tubuh Tekstur tubuh tokoh Bawor adalah berbadan tambun, bermata besar (melotot), bermulut lebar dan berjudat nonong. Tekstur tubuh yang demikian merupakan penggambaran warga masyarakat pedesaan yang bertampang jelek, namun umumnya lugu dan jujur. Dalam dunia pakeliran wayang purwa, tekstur tubuh yang dimiliki oleh Bawor adalah untuk membedakannya dengan tokoh bendara yang digambarkan sebagai priyayi yang berpendidikan, berpengalaman, kaya dan ningrat. Dengan tekstur tubuh seperti ini maka penonton wayang dengan mudah membedakan mana tokoh bendara dan mana tokoh kawula. Dalam konteks perkembangan kebudayaan, tekstur tubuh tokoh Bawor memberikan makna bahwa seorang kawula atau batur seolah-olah memang dilahirkan dengan tampang jelek yang tidak mungkin lebih cakap dibanding dengan bendara atau tuannya. Keadaan fisik yang demikian selanjutnya akan mempengaruhi pola perilaku, sikap dan tindakan serta pola pikir dalam kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas sosial di lingkungannya.

Categories: Sosial | Tinggalkan komentar

Sepuluh Perusahaan Terbesar Indonesia

1. Telkom Indonesia
Telkom Indonesia merupakan Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi milik pemerintah Indonesia masuk apda urutan pertama perusahaan terbesar di indonesia. telkom menduduki posisi 684 dalam daftar 2000 perusahaan terbaik dunia versi majalah forbes

Perusahaan Telkom Indonesia memiliki nilai pasar sebesar 18 miliar dolar untuk saham yang listing di bursa NYSE, AS. Saham TELKOM per 31 Desember 2008 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (52,47%) dan pemegang saham publik (47,53%). Saham TELKOM tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat. Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau 12,92 % dari kapitalisasi pasar BEI.

2.Bank Central Asia
Bank Central Asia merupakan bank yang mempunyai jaringan ATM terluas diindonesia, dari hal ini saja kita sudah bisa melihat betapa besarnya bank BCA ini.

3. Bank Mandiri
didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintaha Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah — Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim and Bapindo–dilebur menjadi Bank Mandiri. dari gabungan tersebut lahirlah bank mandiri yang sekarang ini menduduki posisi 3 dari 10 perusahaan terbesar didunia.

4. Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 16 Desember 1895 saat indonesia belum merdeka. salah satu keunggulan bank ini adalah pelayanannya dan cocok untuk kalangan menegah ke bawah, selain itu BRI dapat ditemukan dengan mudah di kecamatan-kecamatan. 2010 ini BRI memperoleh urutan ke 843 dari daftar 2000 perusahaan terbesar didunia versi forbes.

5.Bank Negara Indonesia
BANGK INI BERDIRI pada 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Pada tahun 2010 ini menurut Forbes BNI merupakan perusahaan terbaik dunia yang berada di urutan 1412.

6.Bumi Resources
Bumi merupakan perusahaan pertambangan batu bara sementara kita tahu bahwa cadangan batu bara diindonesia sangat banyak dan tentunya bisa dipastikan kebesaran perusahaan ini jika mampu mengolah batu bara dengan optimal.

7.Bank Danamon
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) berdiri pada tahun 1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya diganti menjadi Bank Danamon Indonesia.

8.Perusahaan Gas Negara
pada tahun Emiten berkode PGAS ini berhasil mencetak laba bersih hingga 881 persen dibandingkan tahun 2008 lalu. Dalam laporan keuangan 2009-nya PGN membukukan laba bersih sebesar Rp 6,223 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 634 millar.

9.Semen Gresik
tidak disangkan ternyata semen gresik masuh juga di 10 dafatr perusahaan di indonesia
10. PT Bukit Asam
perusahan ini juga masuk di jajaran atas perusahaan terbesar indonesia, atau lebih tepatnya 10 daftar perusahaan terbesar indonesia terbaik di dunia.

nah diatas adlah 10 perusahaan terbesar di indonesia, memang jika kita melihat data diatas kebanyakan perusahaan yang menduduki perusahaan terbesar di indonesia adalah perbankan, mungkin salah satu alasannya dalah karena perbankan mempunyai jaringan yang sanagt luas sehingga jika perusahaan ini sehat maka dapat diapstikan pertumbuhannyapun akan sehat pula, sehingga dapaknya perusahan-perusahan ini bisa memiliki aset yang sangat besar.

Categories: Portofolio | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.